Refleksi Pribadi: Kesan Enam Bulan Bersama Mata Kuliah Agama Islam
Refleksi Pribadi: Kesan Enam Bulan Bersama Mata Kuliah Agama Islam
Enam bulan terakhir menjadi waktu yang cukup berkesan bagi
saya dalam mengikuti kelas mata kuliah Agama Islam di bangku perkuliahan. Sebelum
kuliah dimulai, saya sempat berpikir bahwa pelajaran agama akan terasa sama
seperti saat di sekolah dulu: penuh hafalan, pembahasan dalil, dan materi yang
harus diingat. Namun, kenyataannya pengalaman belajar kali ini terasa jauh
lebih menyenangkan dan berbeda dari yang saya bayangkan sebelumnya.
Kesan pertama saya terhadap kelas Agama Islam bersama Pak
Faiz adalah suasananya yang hangat dan tidak kaku. Cara beliau membawakan perkuliahan membuat saya
merasa nyaman untuk mengikuti materi, bahkan ketika topiknya cukup padat.
Suasana kelas terasa interaktif, banyak momen diskusi, dan terkadang diselingi
candaan ringan yang membuat pertemuan tidak terasa membosankan. Bagi saya,
inilah yang paling membedakan pembelajaran agama di kuliah dengan masa sekolah.
Dulu, saya sering merasa pelajaran agama itu sangat serius dan kaku, bahkan
membuat ngantuk jika hanya mendengarkan ceramah panjang tanpa ruang bertanya.
Sekarang, suasana lebih cair dan membuat saya merasa dihargai sebagai mahasiswa
yang punya sudut pandang sendiri.
Saya juga
merasakan bahwa di bangku kuliah, pembelajaran agama tidak hanya menekankan
sisi hafalan atau penguasaan materi, tetapi juga memberi ruang untuk berpikir
kritis dan merenung. Ada banyak kesempatan untuk menyampaikan opini, menanggapi
pertanyaan, atau sekadar berbagi pengalaman pribadi yang berkaitan dengan
nilai-nilai agama. Hal semacam ini membantu saya lebih memahami ajaran Islam
secara menyeluruh, bukan hanya di permukaan.
Hal yang paling
saya sukai dari kelas ini adalah pembawaannya yang asik. Meskipun materinya
serius, suasananya tidak pernah membuat saya merasa tertekan. Bahkan, saat
sedang banyak tugas dari mata kuliah lain, kelas Agama Islam justru menjadi
waktu yang cukup menyenangkan karena tidak hanya fokus pada teori, tetapi juga
menumbuhkan kesadaran diri. Saya merasa pembelajaran agama di perkuliahan lebih
relevan dengan kehidupan sehari-hari saya sebagai mahasiswa yang sedang tumbuh
menjadi pribadi dewasa.
Ketika mengingat
masa sekolah, saya teringat bagaimana pelajaran agama dulu lebih banyak
berkutat pada penghafalan ayat-ayat, definisi rukun iman, dan materi fiqih yang
sifatnya baku. Ada kesan bahwa agama seolah-olah hanya tentang memenuhi
kewajiban akademis agar nilai rapor bagus. Walaupun tentu banyak manfaatnya,
saya pribadi merasa pendekatan tersebut kurang memberi ruang untuk
mempertanyakan makna yang lebih mendalam.
Sebaliknya, di
kuliah, saya merasa diajak untuk lebih banyak berpikir: apa arti agama dalam
keseharian saya? Bagaimana saya menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat
yang beragam? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tidak selalu memiliki jawaban
pasti, tapi justru itu yang membuat proses belajarnya terasa lebih hidup. Saya
mulai menyadari bahwa agama bukan hanya soal kewajiban ritual, melainkan juga
tentang cara bersikap, cara berhubungan dengan orang lain, dan cara memahami
perbedaan.
Selama enam bulan
ini, saya jadi mikir bahwa semakin dewasa, semakin luas juga tanggung
jawab saya dalam menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan nyata. Belajar
agama tidak lagi sekadar untuk memenuhi kewajiban ujian, melainkan untuk
membentuk pola pikir dan sikap saya sebagai individu. Hal ini menjadi salah
satu poin penting yang saya rasakan saat kuliah, dan yang membedakannya dari
masa sekolah dulu.
Bagi saya,
pengalaman belajar bersama Pak Faiz adalah pengingat bahwa agama bisa
dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Kelas ini tidak kaku, tidak membuat
saya tertekan, malah justru memberi semangat baru untuk lebih memahami apa
makna iman dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Pada akhirnya,
saya bersyukur pernah merasakan pengalaman belajar agama dalam suasana seperti
ini: interaktif, santai, dan tetap bermakna. Saya merasa tidak hanya
mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga dorongan untuk menjadi pribadi yang
lebih baik, lebih terbuka, dan lebih sadar akan tanggung jawab sebagai seorang
Muslim. Pengalaman ini akan selalu saya kenang sebagai salah satu fase penting
dalam perjalanan belajar saya di bangku kuliah.
Di akhir artikel ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Faiz atas pembelajaran yang menyenangkan dan penuh makna selama satu semester ini. Semoga ilmu yang diberikan membawa keberkahan untuk saya dan teman-teman kelas lainnya.
Komentar
Posting Komentar